Business Watch Indonesia (BWI) menginiasi Gerakan Sadar Gizi di sejumlah daerah di wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah. Gerakan tersebut bekerjasama dengan Forum Petani Peduli Gizi (FPPG) dan Kelompok Petani Teh.
Koordinator Business Watch Indonesia, Nanang Christianto mengatakan gerakan itu didasari fakta sekitar empat juta anak balita di Indonesia mengalami gizi buruk dalam kurun waktu 2014 – 2015. Kasus gizi buruk banyak ditemukan di wilayah pedesaan dan biasanya adalah isolated area, dimana distribusi pembangunan kurang merata. "Sarana prasarana yang disediakan belum mampu menunjang kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Disisi lain faktor kemiskinan mempengaruhi kemampuan akses pangan bergizi masyarakat," kata Nanang dalam keterangan pers, Rabu (10/2/2016).Apalagi pemahaman dan pendidikan masyarakat tentang gizi masih sangat kurang.
Banyak masyarakat pedesaan belum mengenal jenis-jenis makanan bergizi dan pentingnya asupan gizi bagi tubuh terutama bagi bayi dan balita. "Masih sering dijumpai balita banyak mengkonsumsi mie instan, atau nasi tanpa lauk pauk mengandung protein. Kurangnya konsumsi ASI Eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan menambah panjang kasus kekurangan gizi," tuturnya.
Untuk itu, pihaknya membangun Balai Gizi yang dikelola oleh FPPG dan Agen nutrisi yang sebagian besar adalah petani teh memberikan kontribusi dalam menekan kasus kurang gizi balita. Sejumlah kegiatan yang dilakukan antara lain cek dan monitoring kesehatan yang disertai dengan konsultasi gizi dibeberapa wilayah rawan gizi buruk.
Di samping itu, secara rutin menyampaikan sosialisasi tentang pentingnya gizi dan bahaya kekurangan gizi di wilayah wilayah pedesaan. Persoalan gizi kemudian dicarikan solusi melalui pembentukan unit usaha ternak dan sayur serta buah yang dilakukan sejumlah kelompok warga.
Ketua FPPG Garut, Asep Supriadin menjelaskan pihaknya mendukung gerakan gizi dengan memberikan sosialisasi tentang makanan menu seimbang dan memberikan contoh pengadaan makanan bergizi dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Sedangkan petani teh desa Mojotengah, Batang, Sutoro menyebutkan tingkat pemberian ASI Eksklusif di daerahnya sangat kurang. Hal tersebut dikarenakan masih rendahnya pengetahuan mengenai pentingnya ASI bagi bayi.
“Melalui Gerakan Gizi yang telah dilaksanakan Business Watch Indonesia dan FPPG mengubah mindset dan perilaku masyarakat desa, sehingga kini dari 25 angka kelahiran di desa, paling tidak sudah 80% menyelenggarakan ASI Eksklusif," katanya.(Ferdinand Waskita)
Sumber: http://www.tribunnews.com/regional/2016/02/11/empat-juta-anak-balita-alami-gizi-buruk-di-indonesia?