Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, jika kita ingin anak-anak kita pintar, sholeh/sholekhah, bermanfaat dan barokah, maka mereka harus mendapatkan asupan gizi yang cukup. Hal ini dilakukan sejak anak berada dalam kandungan. Sejak ibu hamil, hal ini harus dikomunikasikan kepada keluarga. Hal ini disampaikan Khofifah Indar Parawansa saat membuka Jambore Gizi 2015 di Lapangan Satria, Desa Subah, Kecamatan Subah, Minggu (31/5). Acara yang terselenggara atas inisiasi Business Watch Indonesia (BWI) ini dihadiri oleh Senior Economic Advisor Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Sarah, Dirjen Pemberdayaan Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan beserta jajarannya, staf khusus Menteri Sosial, Forum Petani Peduli Gizi Jawa Barat dan Jawa Tengah, BWI, dan ribuan masyarakat dari berbagai elemen. Disampaikan Khofifah, tahun lalu Pemerintah telah mencanangkan pencapaian “Generasi Emas” di tahun 2045. Di tahun 2020-2030 Bangsa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Untuk pencapaian generasi emas tersebut harus ditanamkan dari sekarang. Oleh karena itu, intelektual dan tumbuh kembang anak harus bagus, karena akan menjadi bonus untuk pencapaian hal tersebut. “Di Indonesia data terakhir ada 32 juta balita. Yang terindikasi gizi buruk 5,4 juta. Jadi gizi buruk sangat mempengaruhi tumbuh kembang, baik secara fisik maupun itelektual. Maka di tahun 2015 harusnya kita menyiapkan generasi ke depan, 2045, yaitu generasi emas, dengan gizi yang baik,” tandas Mensos.
Ada hal yang harus kita lakukan untuk meningkatkan manajemen keseimbangan gizi yang baik untuk ibu hamil, dengan menggunakan metode komunikasi, informasi dan edukasi (KIE). KIE ini penting dilaksanakan karena selama ini banyak yang belum mendapatkan komunikasi, informasi dan edukasi yang cukup. “Kita lihat, televise banyak. Tapi belum banyak yang mendapatkan informasi yang cukup. Ibu-ibu banyak yang melihat sinetron,” ujarnya sembari menambahkan stasiun televise di salah satu negara tetangga setiap 10 menit menayangkan informasi, seperti cara mencuci tangan dnegan benar.
“Di Kementerian Sosial untuk menanggulangi gizi buruk memiliki program PKH (Program Keluarga Harapan-red) untuk 8 % masyarakat kurang mampu. Penerimanya ibu hamil supaya selama hamil mendapatkan Rp. 1 juta untuk mendapatkan asupan gizi yang baik untuk janin maupun ibunya, supaya anak lahir tidak BBLR (Berat Badan Lahir Rendah-red), karena potensi terganggunya tumbuh kembang sangat tinggi,” jelas Mensos Khofifah.
Terkait dengan kebijakan pemerintah yang meluncurkan Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Keluarga Sejahtera (KKS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP), Mensos minta agar Bupati, Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga dapat melakukan penyisiran untuk mendapatkan data bagi penerima kartu tersebut. Jika ada Panti Asuhan, pastikan semua warga Panti sudah terdaftar untuk mendapatkan KIP dan KIS. Untuk KKS, benefitnya Rp.200 ribu kali 3 bulan. Jika penerima KKS rumahnya belum bersertifikat, maka dana KKS ini bisa jadi penanda untuk mendapatkan sertifikat gratis. Jika petani, bisa untuk membeli pupuk bersubsidi, jika nelayan bisa untuk membeli solar bersubsidi. “Bantu sisir data dari lini terbawah. Yang pegang kartu bisa mendapatkan raskin. Jika kelompok bisa mendapatkan KUBE. Juga intervensi rumah tinggal layak huni. Untuk Kartu Indonesia Pintar kita siapakan tiga kali lebih banyak dari tahun 2014,” papar Mensos.
Mensos yang sebelumnya mengunjungi Orang Dengan HIV/Aids di Rumah Sadar Desa Kalisalak, Kecamatan Limpung, mengatakan, para penghuni Rumah Sadar itu adalah orang-orang yang masih muda. Mereka harus melanjutkan kehidupan.
Disampaikannya, lokalisasi jumlahnya sangat banyak. Dan sekarang telah berkembang prostitusi online. Ini adalah bagian dari life style (gaya hidup). Ini berarti, kebaikan yang kita tanam harus berhadapan dengan kemungkaran-kemungkaran yang menghadang. Jadi, kita harus kuat-kuatan. Oleh karena itu, kekuatan/ketahanan keluarga menjadi sangat penting. “Sesibuk apapun, bapak-bapak, pulanglah…,” ujar Mensos.
Sementara itu, Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo mengatakan, dirinya merasa prihatin dengan jajanan anak-anak, terutama yang ada di sekolah-sekolah. Untuk itu, Bupati meminta kepada SKPD terkait dan Camat untuk memperhatikan. Jangan samapai jajanan anak di sekolah mengandung pewarna dan bahan berbahaya lainnya. “Hari ini Mensos menunjukkan kepada kita, bagaimana kita memanfaatkan lahan untuk untuk mendapatkan gizi. Hari ini kita juga diajari oleh Ibu Menteri Sosial untuk menyadari tentang nutrisi, bagaimana dari kita, keluarga dan anak-anak kita mendapatkan gizi yang baik bagi masa depan anak, masa depan keluarga dan masa depan bangsa,” pungkasnya.
Ketua BWI, Arys Buntara, dalam laporannya menjelaskan Jambore Gizi merupakan bagian dari program peningkatan gizi keluarga petani teh yang difasilitasi oleh organisasi CSR nasional, BWI dan Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN), yang didukung oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia.
Senior Economic Advisor Kedutaan Besar Kerajaan Belanda, Sara, yang berpidato dalam Bahasa Inggris mengatakan jika Kedubes Kerajaan Belanda untuk Indonesia sangat mendukung ketahanan pangan. Kedubes Kerajaan Belanda membiayai ketahanan pangan dan gizi. Program ini melengkapi program gizi untuk petani teh yang diinisiasi oleh BWI.
Pada kesempatan tersebut, Mensos menyerahkan bantuan untuk 20 KUBE senilai total Rp. 800 juta. Juga penandatanganan prasasti peresmian Waserda oleh Mensos dan Klinik Konsultasi Gizi oleh Sarah.
Sebelumnya, Mensos beserta rombongan meninjau sejumlah tempat di Desa Mojotengah Kecamatan Reban, serta Rumah Sadar ODHA di Desa Kalisalak Kecamatan Limpung. sumber : batangkab.go.id